Cloud Computing

Komputasi Awan (Cloud Computing)


Pada dunia TI para ahli telah banyak memberikan definisi atau pengertian tentang komputasi awan. Cloud computing can be defined as simply the sharing and use of applications and resources of a network environment to get work done without concern about ownership and management of the network’s resources and applications. With cloud computing, computer resources for getting work done and their data are no longer stored on one’s personal computer, but are hosted elsewhere to be made accessible in any location and at any time (Scale, 2009)
Cloud computing is becoming an adoptable technology for many of the organizations with its dynamic scalability and usage of virtualized resources as a service through the Internet. (Ercana, 2010). Definisi yang hampir sama menurut dikatakan oleh Furht (2010) bahwa cloud computing can be defined as a new style of computing in which dynamically scalable and often virtualized resources are provided as a services over the Internet. Sedangkan menurut Hayes (2008) Cloud computing is a kind of computing which is highly scalable and use virtualized resources that can be shared by the users. Users do not need any background knowledge of the services. A user on the Internet can communicate with many servers at the same time and these servers exchange information among themselves.
Kehadiran komputasi awan awalnya memang hadir bagi kalangan industri. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hartig (2008) Cloud computing is a new model of computing that is widely being utilized in today's industry and society.  Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penerapan teknologi ini, antara lain :
(1)     Ini adalah sebuah model layanan berbasis Internet untuk menampung sumberdaya sebuah perusahaan. Artinya sebuah perusahaan tak perlu lagi memiliki atau mendirikan infrastruktur lantaran sudah ada perusahaan lain yang menyediakan “penampung” di cloud alias Internet.
(2)     Sebuah perusahaan tak perlu lagi mengalokasikan anggaran untuk pembelian dan perawatan infra-struktur dan software.
(3)     Perusahaan pun tak perlu memiliki pengetahuan serta merekrut tenaga pakar dan tenaga pengontrol infra-struktur di “cloud” yang mendukung mereka.
National Institute of Standards and Technology (NIST), Information Techno-logy Laboratory memberikan dua buah catatan mengenai pengertian komputasi awan. Pertama, komputasi awan masih merupakan paradigma yang berkembang. Definisi, kasus penggunaan, teknologi yang mendasari, masalah, risiko, dan manfaat akan terus  disempurnakan me-lalui perdebatan baik oleh sektor publik maupun swasta. Definisi, atribut, dan karakteristik akan berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Kedua, industri komputasi awan merupakan ekosistem besar dengan banyak model, vendor, dan pangsa pasar. Definisi ini mencoba untuk mencakup semua pen-dekatan berbagai awan (Mell & Grance, 2009).
Dari kedua catatan tersebut NIST memberikan definisi komputasi awan adalah model untuk memungkinkan kenyaman, on-demand akses jaringan untuk memanfaatkan bersama suatu sumberdaya komputasi yang terkonfigurasi (misalnya, jaringan, server, penyimpanan, aplikasi, dan layanan) yang dapat secara cepat diberikan dan dirilis dengan upaya manajemen yang minimal atau interaksi penyedia layanan. Model komputasi awan mendorong ketersediaan dan terdiri dari lima karakteristik, tiga model layanan, dan empat model penyebaran (Mell dan Grance, 2009).

Karakteristik Komputasi Awan

NIST mengidentifikasi lima karakte-ristik penting dari komputasi awan (Mell & Grance, 2009) sebagai berikut:
1.    On-demand self-service. Pengguna dapat memesan dan mengelola layanan tanpa interaksi manusia dengan penyedia layanan, misalnya dengan mengguna-kan,  sebuah portal web dan manajemen antarmuka.  Pengadaan dan perleng-kapan layanan serta sumberdaya yang terkait terjadi secara otomatis pada penyedia.
2.    Broad network access. Kemampuan yang tersedia melalui jaringan dan diakses melalui mekanisme standar, yang mengenalkan penggunaan berbagai platform (misalnya, telepon selular, laptop, dan PDA).
3.    Resource pooling. Penyatuan sumberdaya komputasi yang dimiliki penyedia untuk melayani beberapa konsumen menggunakan model multi-penyewa, dengan sumberdaya fisik dan virtual yang berbeda, ditetapkan secara dinamis dan ditugaskan sesuai dengan permintaan konsumen. Ada rasa kemandirian lokasi bahwa pelanggan umumnya tidak memiliki kontrol atau pengetahuan atas keberadaan lokasi sumberdaya yang disediakan, tetapi ada kemungkinan dapat menentukan lokasi di tingkat yang lebih tinggi (misalnya, negara, negara bagian, atau datacenter). Contoh sumberdaya termasuk penyimpanan, pemrosesan, memori, bandwidth jaringan, dan mesin virtual.
4.    Rapid elasticity. Kemampuan dapat dengan cepat dan elastis ditetapkan.
5.    Measured Service.  Sistem komputasi awan secara otomatis mengawasi dan mengoptimalkan penggunaan sumber-daya dengan memanfaatkan kemampu-an pengukuran (metering) pada beberapa tingkat yang sesuai dengan jenis layanan (misalnya, penyimpanan, pemrosesan, bandwidth, dan account pengguna aktif). Penggunaan sumber-daya dapat dipantau, dikendalikan, dan dilaporkan sebagai upaya memberikan transparansi bagi penyedia dan konsu-men dari layanan yang digunakan.
Sedangkan tiga jenis model layanan dijelaskan oleh NIST (Mell dan Grance, 2009) sebagai  berikut :
1.    Cloud Software as a Service (SaaS). Kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk menggunakan aplikasi penyedia dapat beroperasi pada infrastruktur awan. Aplikasi dapat diakses dari berbagai perangkat klien melalui antarmuka seperti web browser (misalnya, email berbasis web). Konsumen tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur awan yang mendasari termasuk jaringan, server, sistem operasi, penyimpanan, atau bahkan kemampuan aplikasi individu, dengan kemungkinan pengecualian terbatas terhadap pengaturan konfigurasi aplikasi pengguna tertentu.
2.    Cloud Platform as a Service (PaaS). Kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk menyebarkan aplikasi yang dibuat konsumen atau diperoleh ke infrastruktur komputasi awan menggunakan bahasa pemrograman dan peralatan yang didukung oleh provider. Konsumen tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur awan yang mendasari termasuk jaringan, server, sistem operasi, atau penyim-panan, namun memiliki kontrol atas aplikasi disebarkan dan memungkinkan aplikasi melakukan hosting konfigurasi.
3.    Cloud Infrastructure as a Service (IaaS). Kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk memproses, menyim-pan, berjaringan, dan komputasi sumberdaya  lain yang penting, dimana konsumen dapat menyebarkan dan menjalankan perangkat lunak secara bebas , dapat mencakup sistem operasi dan aplikasi. Konsumen tidak menge-lola atau mengendalikan infrastruktur awan yang mendasari tetapi memiliki kontrol atas sistem operasi, penyim-panan, aplikasi yang disebarkan, dan mungkin kontrol terbatas komponen jaringan yang pilih (misalnya, firewall host).
Model penyebaran komputasi awan menurut NIST terdiri dari empat model (Mell dan Grance, 2009), yaitu:
1.    Private cloud. Swasta awan. Infrastruktur awan yang semata-mata dioperasikan bagi suatu organisasi. Ini mungkin dikelola oleh organisasi atau pihak ketiga dan mungkin ada pada on premis atau off premis.
2.    Community cloud. Masyarakat awan. Infrastruktur awan digunakan secara bersama oleh beberapa organisasi dan mendukung komunitas tertentu yang telah berbagi concerns  (misalnya, misi, persyaratan keamanan, kebijakan, dan pertimbangan kepatuhan). Ini mungkin dikelola oleh organisasi atau pihak ketiga dan mungkin ada pada on premis atau off premis.
3.    Public cloud.  Infrastruktur awan yang dibuat tersedia untuk umum atau kelompok industri besar dan dimiliki oleh sebuah organisasi yang menjual layanan awan.
4.    Hybrid cloud. Hybrid awan. Infrastruktur awan merupakan komposisi dari dua atau lebih awan (swasta, komunitas, atau publik) yang masih entitas unik namun terikat bersama oleh standar atau kepemilikan teknologi yang menggunakan data dan portabilitas aplikasi (e.g., cloud bursting for load-balancing between clouds).
Secara garis besar definisi komputasi awan menurut NIST dapat digambarkan   (Mell dan Grance, 2009) sebagai berikut:





Gambar 1. The NIST Definition Framework


Komponen Cloud Computing

            Ada tiga komponen dasar komputasi awan dalam topologi yang sederhana menurut Velte (2010) yaitu clients, datacenter, and distributed servers. Ketiga komponen dasar tersebut memiliki tujuan dan peranan yang spesifik dalam menjalankan operasi komputasi awan. Konsep ketiga komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :




Gambar 2. Tiga Komponen Dasar Komputasi Awan


Clients pada arsitektur cloud computing dikatakan the exact same things that they are in a plain, old, everyday local area network (LAN). They are, typically, the computers that just sit on your desk. But they might also be laptops, tablet computers, mobile phones, or PDAs—all big drivers for cloud computing because of their mobility. Clients are the devices that the end users interact with to manage their information on the cloud.
Datacenter is the collection of servers where the application to which you subscribe is housed. It could be a large room in the basement of your building or a room full of servers on the other side of the world that you access via the Internet. A growing trend in the IT world is virtualizing servers. That is, software can be installed allowing multiple instances of virtual servers to be used. In this way, you can have half a dozen virtual servers running on one physical server.
Sedangkan Distributed Servers merupakan penempatan server pada lokasi yang berbeda. But the servers don’t all have to be housed in the same location. Often, servers are in geographically disparate locations. But to you, the cloud subscriber, these servers act as if they’re humming away right next to each other.
Komponen lain dari cloud computing adalah  Cloud Applications memanfaat-kan cloud computing dalam hal arsitektur software.  Sehingga user tidak perlu menginstal dan menjalankan aplikasi dengan menggunakan komputer.
Cloud Platform merupakan layanan berupa platform komputasi yang berisi infrastruktur hardware dan software. Biasanya mempunyai aplikasi bisnis tertentu dan menggunakan layanan PaaS sebagai infrastruktur aplikasi bisnisnya. Cloud Storage melibatkan proses penyampaian penyimpanan data sebagai sebuah layanan. Cloud Infrastructure merupakan penyampaian infrastruktur komputasi sebagai sebuah layanan.

Keuntungan Komputasi Awan

Menurut Furht (2010), teknologi cloud computing memberikan keuntungan sebagai berikut (a)  Flexibility, They can decide how much storage space to use, and how much processing power is required. While working to update software applications, the process can be pushed out much faster and more efficiently. Administrators can choose when to update an application enterprise-wide all in real time. It is up to them and how much they want to spend on IT with cloud technology. (b) Scalability, With cloud computing one person can go from small to large quickly. (c) Capital Investment, With cloud computing, many rudimentary IT purchases for things like hardware are no longer an issue as long as that task or set of tasks can be performed by the cloud. (d) Portability, With cloud computing technology, organizations are able to use their computing power wherever their people are as long as users are able to access thin clients. Thin client access is pretty much available everywhere that companies do business today, so this should not even be an issue. With thin client technology the scale of geography and time variation is flattened somewhat and this allows companies that are trying to globally integrate to be able to be more flexible than ever before.
Spinola (2009) menambahkan sedikitnya ada tiga kategori utama dari keuntungan atau manfaat dari komputasi awan, yaitu  ;
1.    delivery of service (faster time-to-value and time-to-market)
2.    reduction of cost (CapEx vs. OpEx tradeoff and costs that are more competitive)
3.    IT department transformation (focus on innovation vs. maintenance & implementation)
Information Systems Audit and Control Association (ISACA) menjelaskan beberapa manfaat bisnis utama yang ditawarkan oleh komputasi awan meliputi:
·      Cost containment—The cloud offers enterprises the option of scalability without the serious financial commitments required for infrastructure purchase and maintenance. There is little to no upfront capital expenditure with cloud services. Services and storage are available on demand and are priced as a pay-as-you-go service. Additionally, the cloud model could assist with cost savings in terms of wasted resources. Saving on unused server space allows enterprises to contain costs in terms of existing technology requirements and experiment with new technologies and services without a large investment. Enterprises will need to compare current costs against potential cloud expenses and consider models for TCO to understand whether cloud services will offer the enterprise potential savings.
·      Immediacy—Many early adopters of cloud computing have cited the ability to provision and utilize a service in a single day. This compares to traditional IT projects that may require weeks or months to order, configure and operationalize the necessary resources. This has a fundamental impact on the agility of a business and the reduction of costs associated with time delays.
       Availability—Cloud providers have the infrastructure and bandwidth to accommodate business requirements for high speed access, storage and applications. As these providers often have redundant paths, the opportunity for load balancing exists to ensure that systems are not overloaded and services delayed. While availability can be promised, customers should take care to ensure that they have provisions in place for service interruptions.
·      Scalability—With unconstrained capacity, cloud services offer increased flexibility and scalability for evolving IT needs. Provisioning and implementation are done on demand, allowing for traffic spikes and reducing the time to implement new services.
·      Efficiency—Reallocating information management operational activities to the cloud offers businesses a unique opportunity to focus efforts on innovation and research and development. This allows for business and product growth and may be even more beneficial than the financial advantages offered by the cloud.
·      Resiliency—Cloud providers have mirrored solutions that can be utilized in a disaster scenario as well as for load-balancing traffic. Whether there is a natural disaster requiring a site in a different geographic area or just heavy traffic, cloud providers say they will have the resiliency and capacity to ensure sustainability through an unexpected event.
CSO Group (2010) menambahkan bahwa adanya komputasi awan bagi perusahaan yang lebih besar tertarik dengan struktur keuangan yang dapat menyimpan uang mereka di berbagai bidang, termasuk:
·      Capital expenses. Instead of dealing with amortization and depreciation over the estimated life of equipment, organi­zations pay a monthly or annual fee for cloud computing contracts. That makes budgets more predictable.
·      IT budgets. With hardware, software and networking capa­bilities outsourced, companies save on equipment purchases, software licenses, upgrade fees and IT management costs.
Development costs. Rather than fronting the cost of build­ing and upgrading a custom application, companies rely on a service provider to maintain and upgrade applications.

sumber : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpi/article/view/1927

Tidak ada komentar:

Posting Komentar